Di satu pihak, seperti contoh yang saya angkat adalah pekerja media pemberitaan nasional yang cukup prihatin dengan pengguna media sosial yang tumbuh pesat, dimana keprihatinan tersebut dipicu oleh pemberitaan yang kalah cepat, meski bobot materi berita belum tentu kebenarannya. Namun, mengingat mudahnya mengunggah berita melalui sosmed, diyakini adalah sarana terbaik dalam meraih pengguna.
Fakta tersebut oleh beberapa pelaku bisnis media, cukup membuat kekhawatiran tersendiri. Selain sebagai kompetitor, kemudahan seseorang menunjukkan sesuatu melalui media sosial, semata mata dikarenakan tidak adanya wadah untuk bakat mereka.
Saya pun mendapat ide yang mudah mudahan bisa menjadi solusi bagi pelaku media dalam menjembatani hobi yang berpeluang menjadi potensi, khususnya remaja atau abg.
Pertama, lakukan kerjasama dengan sekolah untuk pengembangan kegiatan eskul yang cukup terkait, misalnya mading atau majalah dinding. Selanjutnya, memberi prasarana pengembangan peminat mading ke arah broadcast media, misalnya dalam hal ini radio komunitas atau televisi komunitas.
Berikutnya, dari kerjasama dengan beberapa sekolah, akan tergali materi hiburan apa yang tengah digandrungi. Dan materi itulah yang bisa diangkat, sekaligus diberikan reward khusus untuk pemilik ide agar senantiasa produktif.
Dari situ, mungkin mata pemirsa insan sosmed akan kembali tertuju padamu.
0 komentar:
Posting Komentar